Rabu, 07 November 2012

TATO BUKAN ICON PREMAN




Dewasa ini seni merajah tubuh atau tatto bukan lagi menjadi sebuah hal yang tabu, dan anggapan bahwa tato identik dengan perilaku kriminal, sepertinya sudah saatnya berubah. fakta berbicara, banyak pria atau wanita baik-baik yang menganggap tato sebagai seni, bahkan banyak dari kalangan tersebut yang tanpa ragu dan malu untuk 'menghiasi' tubuhnya dengan tatto temporer, bahkan tato permanen.
Sering kali masyarakat awam menyalah mengartikan tentang tato, dimana kebanyakan masyarakat saat ini merasa bahwa tato adalah hal yang pantas untuk ditentang dan dihindari serta para orang bertatto ini pun mendapat image yang negative dari masyarakat. Padahal sejarah tatto yang pada kenyataannya adalah kebudayaan lama masyarakat dunia bahkan di Indonesia sendiri kepada para masyarakat.
Memang bukti-bukti sejarah tato ini kurang begitu jelas, namun para ahli mengambil kesimpulan bahwa seni tato sudah ada sejak 12.000 tahun SM. Jaman dulu tatto digunakan untuk semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori, Inca, Ainu, Polynesians, dan lain-lain. Konon menurut sejarahnya, tato pada awalnya ditemukan di Mesir pada waktu pembangunan The Great Pyramids. Dan kemudian orang-orang Mesir memperluas kerajaan mereka dikuti dengan menyebarnya seni tatto.
Namun dalam perkembangannya sampai saat ini stigma masyarakat tersebut mulai berkurang, meskipun masih ada. Tato mulai dianggap sebagai fesyen, karena tato bisa mempercantik dan menambah rasa percaya diri seseorang atau sebagai aksesoris tubuh. Komunitas tatto juga mulai banyak. Ditambah lagi dengan maraknya studio-studio tato di beberapa kota besar seperti Bali, Jakarta, Bandung, dan Jogjakarta.
Tato adalah bagian dari seni, bukan lagi untuk dunia kekerasan dan kriminalitas. Tato sebuah ajang ekspresi seseorang, baik si artist (pembuat tato) atau pecinta tato sendiri. Layaknya lukisan, tato sendiri mempunyai makna dibalik sebuah gambarnya. Dan adalah tugas para pecinta tatto untuk membuat dan mempertahankan image postif di kalangan masyarakat.


Written by Andry


0 komentar:

Posting Komentar