Pages

Jumat, 30 November 2012

Djoko Pekik, Tokoh Seni Lukis Indonesia





Djoko pekik

Lahir di Purwodadi, pada 1937,  Djoko Pekik merupakan salah satu seniman yang dikenal dengan karya-karyanya yang kritis terhadap situasi politik di negara ini. 


Semenjak Indonesia 1998 Berburu Celeng-nya terjual seharga satu milyar, Djoko Pekik menyandang julukan pelukis satu milyar. Sejarah kekaryaannya membuat harga tersebut menjadi masuk akal. Di antara
300-an karyanya, trilogi Susu Raja Celeng (1996), Indonesia 1998 Berburu Celeng (1998), dan  Tanpa Bunga dan Tanpa Telegram (2000) merupakan favoritnya.

Djoko Pekik yang pernah bersekolah di Akademi
Seni Rupa  Indonesia (ASRI) Yogyakarta, pada 1957 – 1962,  ini menyatakan bahwa kematangannya dalam  seni lukis berawal dari Sanggar Bumi Tarung  (gotak-gatik-gatuk kata  dari
‘buruh dan  tani’). Ketika pada 1965 PKI dijadikan tertuduh pelaku  peristiwa G30S-1965, Lekra dan segala ormasnya diberangus pemerintah Orde Baru. Djoko Pekikpun harus mendekam di LP Wirogunan. Delapan tahun  penuh siksaan fisik membuat pelukis yang intens menggambarkan situasi  ekonomi rakyat  jelata ini vakum  berkarya. Setelah masa-masa sulitnya,  Djoko Pekik membuat pengalaman pahit dan getirnya sebagai pemicu semangat berkaryanya (ARTJOG)
Rupa kampung.blogspot.com

Rabu, 07 November 2012

TATO BUKAN ICON PREMAN




Dewasa ini seni merajah tubuh atau tatto bukan lagi menjadi sebuah hal yang tabu, dan anggapan bahwa tato identik dengan perilaku kriminal, sepertinya sudah saatnya berubah. fakta berbicara, banyak pria atau wanita baik-baik yang menganggap tato sebagai seni, bahkan banyak dari kalangan tersebut yang tanpa ragu dan malu untuk 'menghiasi' tubuhnya dengan tatto temporer, bahkan tato permanen.
Sering kali masyarakat awam menyalah mengartikan tentang tato, dimana kebanyakan masyarakat saat ini merasa bahwa tato adalah hal yang pantas untuk ditentang dan dihindari serta para orang bertatto ini pun mendapat image yang negative dari masyarakat. Padahal sejarah tatto yang pada kenyataannya adalah kebudayaan lama masyarakat dunia bahkan di Indonesia sendiri kepada para masyarakat.
Memang bukti-bukti sejarah tato ini kurang begitu jelas, namun para ahli mengambil kesimpulan bahwa seni tato sudah ada sejak 12.000 tahun SM. Jaman dulu tatto digunakan untuk semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori, Inca, Ainu, Polynesians, dan lain-lain. Konon menurut sejarahnya, tato pada awalnya ditemukan di Mesir pada waktu pembangunan The Great Pyramids. Dan kemudian orang-orang Mesir memperluas kerajaan mereka dikuti dengan menyebarnya seni tatto.
Namun dalam perkembangannya sampai saat ini stigma masyarakat tersebut mulai berkurang, meskipun masih ada. Tato mulai dianggap sebagai fesyen, karena tato bisa mempercantik dan menambah rasa percaya diri seseorang atau sebagai aksesoris tubuh. Komunitas tatto juga mulai banyak. Ditambah lagi dengan maraknya studio-studio tato di beberapa kota besar seperti Bali, Jakarta, Bandung, dan Jogjakarta.
Tato adalah bagian dari seni, bukan lagi untuk dunia kekerasan dan kriminalitas. Tato sebuah ajang ekspresi seseorang, baik si artist (pembuat tato) atau pecinta tato sendiri. Layaknya lukisan, tato sendiri mempunyai makna dibalik sebuah gambarnya. Dan adalah tugas para pecinta tatto untuk membuat dan mempertahankan image postif di kalangan masyarakat.


Written by Andry